Kamis, 10 November 2011

6 agama di Indonesia menjunjung tinggi Ibu dalam kehidupan

ada pepatah mengatakan surga ada ditelapak kaki ibu. mungkin hal itu benar karena pengorbanan ibu yang tanpa pamrih melahirkan dan membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang. pemaparan ini aku buat supaya kita merenungkan bersama peranan ibu dalam kehidupan kita sehari hari dan bagaimana cara berbakti kepadanya. semua agama ternyata mengamalkan hal yang demikian .


ISLAM
سُوۡرَةُ الاٴحقاف
وَوَصَّيۡنَا ٱلۡإِنسَـٰنَ بِوَٲلِدَيۡهِ إِحۡسَـٰنًا*ۖ حَمَلَتۡهُ أُمُّهُ ۥ كُرۡهً۬ا وَوَضَعَتۡهُ كُرۡهً۬ا*ۖ وَحَمۡلُهُ ۥ وَفِصَـٰلُهُ ۥ ثَلَـٰثُونَ شَہۡرًا*ۚ حَتَّىٰٓ إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ ۥ وَبَلَغَ أَرۡبَعِينَ سَنَةً۬ قَالَ رَبِّ أَوۡزِعۡنِىٓ أَنۡ أَشۡكُرَ نِعۡمَتَكَ ٱلَّتِىٓ أَنۡعَمۡتَ عَلَىَّ وَعَلَىٰ وَٲلِدَىَّ وَأَنۡ أَعۡمَلَ صَـٰلِحً۬ا تَرۡضَٮٰهُ وَأَصۡلِحۡ لِى فِى ذُرِّيَّتِىٓ*ۖ إِنِّى تُبۡتُ إِلَيۡكَ وَإِنِّى مِنَ ٱلۡمُسۡلِمِينَ (١٥) أُوْلَـٰٓٮِٕكَ ٱلَّذِينَ نَتَقَبَّلُ عَنۡہُمۡ أَحۡسَنَ مَا عَمِلُواْ وَنَتَجَاوَزُ عَن سَيِّـَٔاتِہِمۡ فِىٓ أَصۡحَـٰبِ ٱلۡجَنَّةِ*ۖ وَعۡدَ ٱلصِّدۡقِ ٱلَّذِى كَانُواْ يُوعَدُونَ (١٦)

Surat Al-Ahqaaf Ayat 15-16
Allah Ta’ala berfirman: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.



KRISTEN

Injil Tentang berbakti pada ibu, Ini adalah inti ajaran Kristen: Lihat Keluaran 20:12, lalu Matius 21:39. Bahkan pada saat Yesus disalib, dia meminta murid2Nya untuk menjaga ibunya (yang pada saat itu berdiri di sampingNya) setelah Ia meninggal (Yohanes 19:25-27). Yohanes 19:26 Tahukah Anda bahwa Injil tidak pernah mencatat ucapan Yesus menyangkut Yusuf? Atau apakah selama ini Anda memperhatikan bahwa Yesus pun tidak pernah memanggil Maria sebagai “Ibu-Ku”. Dia juga sangat jarang membicarakan tentang Maria. Ketika Dia membincangkannya, Yesus menggunakan panggilan “perempuan”. Meskipun demikian, Yesus sangat menghormati dan mengasihi ibu-Nya. Bukti nyata- nya ditunjukkan pada saat peristiwa penyaliban. Di tengah penderitaan yang luar biasa, “Yesus melihat ibu-Nya” dan menunjukkan kepedulian.



KATOLIK 
Jumat Agung
Yesus diadili dihadapan Pontius pilatus. Namum sebelum Yesus dibawa ke Pontius pilatus, Yesus di bawa ke Herodes. Setelah itu, Pilatus memberi hukuman mati kepad Yesus. Padahal, Pilatus tidak mendapati kesalahan apapun dalam diri Yesus. Namun untuk menjaga karirnya, ia rela mengorbankan Yesus. Akhirnya Yesus dibawa ke atas bukit Golgota, disalibkan, dan akhirnya ia wafat di kayu salib. Salah satu perkataan Yesus : "Ibu, inilah anakmu" Yohanes 19:26-27
19:26 Ketika Yesus melihat Ibunya maria dan murid yang dikasihiNya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu Nya : "Ibu, inilah, anakmu 1 !"
19:27 Kemudian kataNya kepada murid-muridNya: "Inilah ibumu !" Dan sejak itu menerima dia di dalam rumahnya.



HINDU
Di dalam Vanaparva Mahabharata terdapat dialog antara Yudistira dengan Yaksa yang menanyakan apakah lebih berat dari pada bumi dan lebih tinggi dari langit. Yudistira menjawab: Ibu lebih berat dari bumi dan ayah lebih tinggi dari langit. Penjelasan yang sama dapat kita jumpai dalam kitab Sarasamuccaya. Mengapa ibu dilambangkan dengan bumi dan ayah dengan langit. Pengorbanan ibu demikian besar dan tulus. Masyarakat Bali membandingkan saat seorang ibu melahirkan seperti tergantung pada sehelai rambut, sangat berbahaya dan bila salah sedikit ibu atau bayi atau keduanya pun akan menjadi korban. Penderitaan ibu saat melahirkan tiada taranya. Seorang anak mungkin bisa melupakan kasih ibunya, tetapi seorang ibu tidak akan berhenti mencintai anaknya.
Demikianlah ibu, dalam kasih saying kepada anaknya sama rata, sebab baik anaknya mampu atau tidak mampu, yang baik budi pekertinya atau yang tidak baik, yang miskin atau kaya, anak-anaknya itu semua dicintai dan dijaganya, diasuhnya mereka itu, tidak ada yang melebihi kecintaan ibu dalam mencintai dan mengasuh anak-anaknya.



BUDDHA

Suta pitaka Budha : Menurut Sang Buddha terdapat 4 lapangan utama untuk menanam jasa kebajikan, yang pertama adalah para Buddha, yang kedua adalah Arahat, yang ketiga adalah Ibu dan yang terakhir adalah ayah.
(Anguttara Nikaya II, 4)
Para Buddha jarang sekali muncul dalam alam dunia ini, demikian pula para Arahat. Akan tetapi ibu dan ayah yang baik dan tercinta adalah biasa terdapat dalam setiap rumah tangga. Mereka benar-benar merupakan tanah ladang yang subur untuk menanam kebajikan bagi anak yang berbakti dan tahu balas budi. Sungguh beruntung, bagi anak laki-laki atau anak perempuan yang masih memiliki ibu dan ayahnya yang terkasih, sehingga mereka dapat setiap saat mempersembahkan kasih sayang dan ungkapan terima kasih kepada orang tuanya.
…..
Barang siapa yang telah memperlakukan dengan baik,
Ibu, ayah dan Sammasambuddha,
Sang Tathagata serta para pengikutnya,
sebenarnya telah menimbun banyak bibit kebajikan,
Karena siapapun yang berbuat bajik kepada orang tuanya dalam hidup ini,
Akan dipuji oleh para bijaksana,
dan dalam kelahiran-kelahiran selanjutnya
Ia akan hidup berbahagia di alam-alam surga.
(Anguttara Nikaya II, 4)



KHONGHUCU
Nabi bersabda:
1. “Demikian seorang anak berbakti mengabdi/melayani orang tuanya. Di rumah, sikapnya sungguh hormat; di dalam merawatnya, sungguh-sungguh berusaha memberi kebahagiaan; saat orang tua sakit, ia sungguh-sungguh prihatin; di dalam berkabung, ia sungguh-sungguh bersedih; dan, didalam menyembayanginya, ia melakukan dengan sungguh-sungguh hormat. Orang yang dapat melaksanakan lima perkara ini, ia benar-benar boleh dinamai melakukan pengabdian kepada kepada orang tua”.
2. “Orang yang benar-benar mengabdi kepada orang tuanya, saat berkedudukan tinggi, tidak menjadi sombong; saat berkedudukan rendah, tidak suka mengacau; dan, di dalam hal-hal yang remeh, tidak mau berebut”.
3. “Berkedudukan tinggi berlaku sombong, niscaya akan mengalami keruntuhan; berkedudukan rendah suka mengacau, niscaya dihukum; dan, didalam hal-hal yang remeh suka berebut, niscaya sering berkelahi. Bila orang tidak dapat menghilangkan tiga sifat ini, meski tiap hari memelihara orang tuanya dengan menyuguhi macam-macam daging, ia tetap seorang anak tidak berbakti”. (Xiao Jing. X: 1-3)

Nabi Kongzi bersabda:
”... tubuh anggota badan, rambut, dan kulit diterima dari ayah dan bunda, maka perbuatan tidak berani membuatnya rusak dan luka (merawat), itulah permulaan laku Bakti.”
”Mengendalikan diri hidup menempuh jalan suci, meninggalkan nama baik di jaman kemudian, sehingga memuliakan ayah bunda, itulah akhir dari laku bakti. Sesungguhnya laku bakti itu dimulai dengan mengabdi kepada orangtua, selanjutnya mengabdi kepada pemimpin, dan akhirnya menegakkan diri”.
“Tubuh dan diri ini adalah warisan ayah bunda, memperlakukan warisan ayah bunda, beranikah tidak hormat? Rumah tangga tidak diatur baik-baik, itu tidak berbakti. Menjalankan kewajiban dalam jabatan tidak sungguh-sungguh, itu tidak berbakti. Dalam persahabatan tidak dapat dipercaya, itu tidak berbakti. Bertugas di medan peperangan tidak ada keberanian, itu tidak berbakti. Tidak dapat melaksanakan lima perkara itu berarti akan mencemarkan nama orangtua, maka beranikah tidak sungguh-sungguh?”

Zhengzi berkata:
”Laku Bakti ada tiga tingkatan, yang terbesar dapat memuliakan orangtua, yang kedua tidak memalukan orangtua, dan yang ketiga hanya mampu memberikan perawatan”. (Li Ji. XXIV: 4)
Zi Yuo bertanya hal laku Bakti, nabi menjawab: ”Sekarang yang dikatakan berbakti katanya asal dapat memelihara, tetapi anjing dan kudapun dapat memberikan pemeliharaan, bila tidak disertai rasa hormat apa bedanya.” (Lunyu. II: 7)


SUMBER

Tidak ada komentar:

Posting Komentar