Rabu, 24 November 2010

Menjadi Indonesia

Suara lantang para tokoh pendiri negeri ini telah tiada. Gerak langkah perjuangan tak kenal lelah tanpa pamrih. Diplomasi dan angkat senjata dilakukan demi sebuah kata “KEMERDEKAAN”. Namun semua itu telah usai beberapa puluh tahun yang lalu. Kini, hanya meninggalkan kenangan patriotis yang hanya mengisi beberapa arsip dan buku sejarah anak sekolah.

Tanpa harus membayangkan flashback dimasa lalu yang suram, kini kita masih disajikan oleh sebuah keadaan dimana patriotis itu tak lagi menjadi prioritas. Mata disajikan oleh hidangan layar kaca yang membutakan mata disaat masyrakat masih memerlukan usapan keringat untuk menyambung tali kehidupan. Kehidupan yang harus ditempuh dengan berat karena kondisi negara yang kaya tapi hidipnya miskin.



Negeri ini sangatlah lucu layaknya judul film yang disutradarai oleh Deddy Mizwar “Alangkah Lucunya Negeri Ini”. Kondisi yang menggambarkan dimana morat marit nya semua aspek yang menggerakkan negeri ini. Adalah anggota dewan yang meminta tambahan pendapatan melalaui dana aspirasi padahal dilain sisi mereka menerlantarkan para TKI yang tak jelas nasibnya disebuah Bandara transit. Disisi lain mereka tidak lah peka melihat para korban bencana Wasior, letusan merapi, dan tsunami mentawai yang memerlukan bantuan materi dan moril dan meninggalkan mereka untuk plesir ke negeri luar.

Disebuah universitas di Yunani sana, para anggota dewan menjumpai akademisi universitas dimana kata demokrasi itu dilahirkan. Menurut anggota dewan Yunani merupakan negara yang cocok untuk mengadopsi mengenai masalah etika. Dengan melontarkan pertanyaan kepada akademisi universitas , “apa itu prinsip etika menurut anda?”. Akademisi yang juga seorang rektor itu menjawab “hal yang anda lakukan inilah yang merupakan pelanggaran etika, disaat kondisi negara yang masih labil anda pergi meninggalkan negara anda dengan kondisinya”. Jawaban yang dapat menampar muka para anggota dewan yang terhormat.

Ada lagi cerita mengenai kemunafikan para petinggi negeri ini yang menyembunyikan dan meneggelamkan kasus besar. Jangan dulu kasus mafia pajak, century, ataupun BLBI, hal yang sepele seperti kasus pembunuhan munir ini pun belum terungkap. Apa yang harus di tutupi, sampai kapan ini harus ditutupi. Apa ada scenario besar dibalik ini semua. Apakah ada yang berkepentingan di balik ini semua. Biar waktu yang menjwab itu semua. Biar saja bencana yang diberi tuhan karena murkanya terhadap negeri ini yang menjawab itu semua. Negeri yang penuh kemunafikan duniawai. Pasti para pendiri bangsa ini menangis di dalam kubur sana melihat para penerus generasi bangsa ini yang hanya tinggal diam dan menyia-nyiakan hasil perjuangan mereka sebelumnya.

Hanya waktu yang mampu menjawab ini semua. Apabila ini terus berlanjut, kita hanya dapat menyaksikan negeri ini hancur dimasa yang akan datang. Negeri yang dikatakan orang sebagai negeri yang diciptakan tuhan sambil tersenyum. Negeri yang memiliki keindahan alam dan hasil alam yang berlimpah. Negeri yang memiliki sejuta tawa dan senyum. Semoga itu semua tidak terjadi.
GFB/22/11/10.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar